A personal journal.

Instalasi Fedora Silverblue (dan Masalahnya)

Published on: 01/04/2024 • Updated on: 14/04/2024 • 3 min read

Ehm, tidak lemot kok, memang jaringan saya yang kurang cepat, tapi lemot disini maksud saya adalah download paket software satu per satu. Lama sekali.

Singkat cerita, saya masih suka cara “atomic” dimana saya tidak perlu ngotak atik sistem, update otomatis dan tidak perlu khawatir sistem saya akan rusak karena salah update. Sedikit cerita pengalaman, sistem saya sempat beberapa kali gagal boot (itu juga alasan saya punya postingan untuk snapper) padahal saya sudah susah payah untuk berhasil download paket datanya.

Loh, kan atomic tidak perlu ngurus update? kok bahas update? Sebenarnya saya tidak mengupdate secara manual, hanya saja waktu itu dapat notifikasi bahwa update telah sukses diinstall, dan diminta reboot. Setelah reboot, malah tidak bisa masuk sistem, penasaran kan? akhirnya rollback dan mencoba update manual. ~Yang pada akhirnya sama sama tidak bisa boot.~

Pengenalan

Baiklah kembali ke Fedora Silverblue, merupakan Fedora atomic dengan DE GNOME. Saya lebih suka aplikasi KDE karena koleksinya bagus - bagus, tapi you know, KDE lib is that big. Untuk desktop ber-genre atomic ini Fedora punya Silverblue (GNOME), Kinoite (KDE), Sway Atomic dan Budgie Atomic. Ke-2 nama terakhir baru beberapa waktu lalu namanya diganti agar lebih konsisten, namun saya juga tidak tahu kenapa Silverblue dan Kinoite tidak ikut diganti. Anyway, isinya sama, cuma DE nya saja beda. Tak kalah, terdapat juga “spin-off” dari silverblue maupun kinoite, kamu bisa mencari info tentang universal-blue.

Masalah Instalasi

Maaf tidak ada gambar, karena saya memasang ini langsung ke production. hehe.

Pemasangannya mudah, tidak neko - neko. Kamu hanya diminta untuk mengatur bahasa, wilayah / waktu, dan partisi dimana Fedora akan dipasang. Ndelalah, masalahnya ada di poin terakhir ini, partisi mana?

Karena saya masih membutuhkan Windows, tentu partisi saya custom dong, dengan berbekal pengalaman saya yang tidak banyak dalam pemasangan linux, saya mengatur kurang lebih seperti ini:

Part. Size Type Mount point
sda1 1 GB EFI System Partition /boot/efi
sda2 x GB ntfs
sda3 x GB ntfs
sda4 50 GB btrfs /

Setelah menunggu beberapa saat saya mendapatkan warning bahwa bootloader gagal dipasang. Duh! Parah ini!

Saya coba membaca debug log nya, saya tidak paham karena sepertinya ini mengacu pada script pemasangan internal, dan bukan masalah misalnya permission denied.

Buat partisi /boot secara terpisah

Ya, inilah jawaban dari masalah saya tadi, saya buatkan partisi /boot secara terpisah. Saya teringat ketika saya memasang salah satu linux (arch kalau tidak salah), saya memisah partisi ini. Alasannya kenapa? saya sendiri lupa, tapi intinya saya membuat pembagian partisi menjadi seperti berikut :

Part. Size Type Mount point
sda1 1 GB EFI System Partition /boot/efi
sda2 xGB ntfs
sda3 xGB ntfs
sda4 1 GB ext4 /boot
sda5 49 GB btrfs /

Kenapa esp 1GB? karena terjepit sda2, beneran! Alasan lainnya, kalau tidak salah ini dahulu diperlukan karena kernel disimpan disitu. Namun jika melirik partisi esp dari Windows yang hanya 200MB, kamu tidak harus mengatur ukuran partisi ini sebesar yang saya atur.

Kenapa /boot juga 1 GB? karena alasan diatas, mungkin nanti salinan kernel juga disimpan, jadi saya beri saja 1 GB, jika ada dari pembaca yang mengatur ini lebih sedikit dan berjalan fine - fine saja terutama setelah selesai update kernel, bisa kabari saya!

Selesai!? Tidak… juga… entah kenapa entri pada grub terlihat terduplikat, terutama pada entri fedora, dan tidak terjadi pada entri windows.

Ganti ke blscfg

Singkat cerita karena google-fu saya sangat mahir, saya menemukan solusinya disini. Yep, silahkan dibaca, pendek saja kok, daripada saya cuma copas, disitu malah jelas.

Profit? Yes. Semua sudah berjalan normal. Mungkin hanya ini cerita saya, semoga bermanfaat!